Studi Kelayakan Agribisnis Ubi Kayu pada Tingkat Industri Pengolahan Kripik (Manihot esculenta)
KESIMPULANrnrn1. Sumber bahan baku yang banyak diperoleh dari petani di Tanjung Morawa dengan jumlah 8-9 ton singkong per hari, Perbaungan sekitar 7 ton singkong per hari dan Stabat hanya sekitar 6 ton singkong per hari. Sedikitnya bahan baku singkong dari Perbaungan dan Stabat adalah untuk menutupi kekosongan bahan baku yang bersumber dari Tanjung Morawa.rnrn2. Pasokan bahan baku ubi yang dibutuhkan oleh perusahaan pengolahan tersedian secara cukup sesuai kapasitas pabrik. Jumlah bahan baku yang dibutuhkan dengan kapasitas mesin sebesar 3000 kg/hari, sehingga dalam 1 bulan dibutuhkan bahan baku yang harus dipenuhi sebanyak 90.000 kb/bulan, sedangkan rata-rata ketersediaan bahan baku per bulan sekitar antara 85.711,39 kg/bulan selama 3 tahun, sehingga pasokan bahan baku kurang mencukupi untuk kapasitas pabrik yang dapat mengganggu kesinambungan pasokan bahan baku.rnrn3. Proses produksi kripik di UD Rezeki Baru membutuhkan tenaga kerja sebanyak 32 orang, sengan spesifikasi kerja 9 sebagai tenaga kerja pengupas, 5 orang di mesin perajang, 6 orang menggoreng dan 12 orang mengemas. Dalam sehari tanaga kerja UD Rezeki baru dapat menghasilkan produksi kripik sebanyak kurang lebih 1500 kg/hari.rnrn4. Hasil analisis aspek finansial pada usaha pengolahan kripik singkong dengan adanya penambahan teknologi ini layak untuk dijalankan. Dapat dilihat dari nilai NPV lebih dari nol yaitu sebesar Rp. 43.500.821,88, IRR lebih dari tingkat discount rate yaitu sebesar 13,09 persen dan Net B/C lebih besar dari satu yaitu sebesar 1,10. Artinya data tersebut menunjukkan bahwa perusahaan secara finansial layak untuk dijalankan.
060430005 | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain